Menjadi guru kelas bagi 31 anak dengan 31 karakter yang berbeda, lengkap dengan 31 kapasitas yang berbeda pula, memaksa saya untuk berusaha memahami 31 watak yang juga berbeda.
Dan kabar baiknya adalah, untuk satu kelas disediakan 2 orng guru, sehingga pekerjaan menjadi lebih ringan… dan kabar baik lainnya yang lebih penting adalah I love them all :D
Dari sekian banyak anak, beberapa anak cukup menyita perhatian ekstra, terutama anak-anak yang bermasalah dari sisi akademik, mental dan emosi.
Misalnya sebut saja Dina ( bukan nama aslinya, klo nama aslinya, khawatir ada ortu yang baca jurnal ini, hehehee..)
Untuk anak anak dengan kasus khusus seperti ini, win coba untuk melakukan pendekata secara lebih personal.
Ketika dia sedang bermain sendiri dihalaman, win hampiri, ternyata dina sedang bermain karet tangan,
win coba untuk ikut menikmati permainan yang dia tawarkan, dan setelah suhu dan frekuensi kami sama, win mulai melancarkan jurus yang ke dua, yaitu langsung to the point pada pertanyaan yang penting.
“Ehmm, dina, Umminya kerja apa?”
“jualan bunga, jauh..” kata dina masih dengan cueknya
“klo abinya kerja apa?” tanya saya
“jual bunga juga”
“trus klo kerja, lama ya? Dari pagi ampe sore ya?” saya terus menyelidik,
“bukan, tapi dari siang ampe malem.”
“Ooo..” saya berusaha tidak menunjukkan rasa kaget
“trus Dina dirumah ditemenin sama siapa dong?”
“sama mbak” belakangan win tau klo mbak adalah khadimat di rumahnya
“asyik ya klo maen sama mbak…? ngapain aja klo lg sama mbak?”
“ya nonton TV, nonton TV, nonton TV,nonton TV” dina mulai jenuh dengan pertanyaan saya.
Hmmm… selain khadimat, TV memang sarana asuh anak yang paling mudah, murah dan (sepertinya) aman.
Tapi apa benar TV adalah sahabat yang baik bagi anak? Ketika kita menyerahkan pengasuhan anak kepada si Mr.TV, maka satu masalah memang terselesaikan, namun tanpa kita sadari permasalahan lainpun akan muncul.
Misalnya saja Dina, Bersama si Mister TiVi,, dina menjadi tenang, anteng dan asyik dengan tontonannya, tapi ketika seorang anak bebas menonton televisi tanpa didampingi kita sebagai orang dewasa yang mengerti sisi psikologi anak, , maka kita tidak tau pola mental apa yang sedang terbentuk ketika anak sedang menonton televisi, muatan apa yang terkandung pada acara tersebut, menakutkan anak kah? Tontonan dewasakah? Apakah ada unsur kekerasan? Who knows?
Tapi yang pasti, walau mungkin banyak faktor lain yang saling berpengaruh, Dina adalah salah satu produk dari asuhan si Mr. TV.
Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar